Halaman

Senin, 31 Desember 2012

Kalau Dimarahi

Bismillahi rrahmaani rrahiim...
Assalamu'alaikum...

Kenapa nih, saat Anda melihat orang lain salah (misalnya teman Anda sendiri tapi nggak begitu deket), terkadang membuat Anda kesulitan untuk bicara (mengoreksi)? Dalam hati sih mau sekali mengingatkan, ingin nyuruh dia supaya bener, tapi faktor "merasa tidak begitu dekat" jadi penghalang nada bicara kita yang tadinya sudah ingin meninggi, ingin tegas, bahkan ingin marah, jadi terkulai luluh, alhasil kita pun bicara dengan intonasi dan ekspresi yang biasa-biasa saja, atau, yaa... sedikit tegas lah, tetapi rasanya bakalan jarang tuh yang sampai marah. Soalnya, ya itu tadi, "kurang begitu deket". Nah lain lagi persoalannya kalau yang bikin salah anggota keluarga sendiri, kita pun tanpa pikir panjang, tidak segan, memarahinya, entah itu anak, adik, atau kakak. Kenapa tidak merasa segan, karena sangat peduli, dan merasa sangat dekat.

Nah, makanya, sudah tahu kan sekarang? Jika Anda mau tidak kesal saat dimarahi, cobalah untuk menyadari bahwa begitu dekatnya kita dengan orang yang memarahi Anda. Betapa sayang dan pedulinya orang yang mem-baweli (baca: memperhatikan) Anda. Kalau ibu atau adik saya marah sama saya, saya senang, berarti hubungan kami begitu dekat. Sebaliknya tatkala ibu Anda tidak bisa memarahi Anda, kalau pun Anda salah, Anda patut gelisah, ada apa gerangan, kan gitu? Istri Anda jadi kalem, tapi kalemnya canggung-canggung gitu, wah, gimana tuh? Bisa jadi itu alamat kedekatan Anda merenggang. Jangan-jangan....bla...bla...bla... (naah mulai mau mikir aneh2 hehe... pada saat seperti ini positif thinking saja barangkali ada alasan yang bener, yang penting buru2 cari cara memperbaiki hubungan, nggak malah cari kambing hitam), Anda bilang: ngapain nyari kambing... yaa ampun... hehe...

Pokoknya kalau dimarahi, nikmatin aja, itu artinya ada yang sayang sama kita, ada yang merasa dekat ke kita. Beres. Nggak perlu dilawan dengan marah lagi, jadi runyam urusannya nanti. Api disambut dengan api ya kebakaran, iya nggak? Mestinya api disambut dengan air (sikap kalem). Anda bilang: sok tahu nih orang! Mana bisa seneng kalau dimarahi!? Ya, pokoknya buktiin saja, jangan protes dulu... hehe... Baju belum dicoba udah bilang nggak pas, kan aneh... hehe....

Terimakasih kepada dosen saya (Prof. Dr. H. Dedi Herawan, M.Pd.) yang di tengah-tengah kuliahnya beliau pernah bilang : "Kalau saya dimarahi istri saya, ya saya ketawa saja, nanti juga diem sendiri... ", dengan izin Allah beliau menginspirasi saya menulis artikel ini.

Alhamdulillah...

Gambar: Google

Apa Yang Dituntut Al-Qur'an Dari Penghafalnya?

Al-Qur'an menuntut kesabaran bagi yang berusaha mengahafalnya.
Menuntut ketenangan jiwa/hati
Menuntut konsistensi
Menuntut proses, dan bukan keingingan mencapai hasil
Keakraban...
Kefokusan pada yang sedikit
Adab
Pengagungan
Tertib
Kepuasan pada tiap ayat
Penghayatan
Pengamalan
Keyakinan
................................

Minggu, 30 Desember 2012

Berhitung Sejak Shubuh

Bismillaahi rrahmaani rrahiim...
Assalamu'alaikum...

Barangkali Anda bertanya: Apa sih maksudnya? Apa yang dihitung sejak shubuh? Ya, kita menjaga ibadah sejak shubuh, sampai sebelum shubuh (sholat malam). Tapi apanya yang dihitung? Sebentar dulu dong, saya tanya dulu, dapatkah Anda mengetahui ni'mat apa saja yang melayani Anda sejak shubuh sampai sebelum shubuh? Saya tantang nih. Sabar, jangan dulu didaftar semuanya, hehe... satu saja dulu, misalnya berkedip. Berapa kali Anda mengedipkan mata seharian? Kalau saya sih nggak sanggup ngitungnya, entah nggak doyan, he...he... ya, sangking banyaknya. Mungkin Anda bilang, nggak sempet, banyak kesibukan. Ternyata menghitung ni'mat berkedip saja kita sudah kewalahan. Apalagi kalau ditambah dengan berjalan, melihat, mendengar, memegang, bernafas, makan, tertawa, ngobrol, dan lain-lain mungkin sampai ratusan nomor, antau entah sampai berapa, karena kita tidak tahu semuanya. Hanya Allah Yang Maha Tahu yang mengetahui bilangannya.

Terus kita bandingkan, apakah ibadah kita sejak shubuh sampai sebelum shubuh dapat kita hitung. Saya yakin tidak perlu lama, Anda bisa menjawab pertanyaan ini. Hehe... itulah kita. Apalagi kalau yang dikerjakannya sholat wajib doang, makin gampang tuh ngejawabnya. Kalau sholatnya bolong-bolong, makin gampang lagi. Tinggal jawab: maghrib!, kalau cuma ngelaksanain sholat maghrib. Semoga kita tidak termasuk yang ini. Aamiin.

Dari hitung-hitungan ini saja, sudah ketahuan bahwa ni'mat yang diberikan Allah jauh lebih besar daripada tugas kita untuk mensyukurinya. Coba nih, kita sama-sama pikirin, kira-kira berapa harga yang sepadan untuk ni'mat Allah yang ada pada diri kita? Jangan semuanya, satu saja, misalnya mata. Kalau saja ada orang yang mau membeli sebelah mata kita dengan harga 1 milyar, kira-kira kita rela ngejualnya apa nggak? Ini misalnya saja. Kalau saya sih, dibeli berapa pun, jangankan 1 M, lebih dari itu pun saya nggak akan jual. Bagaimana dengan Anda? Bagi saya satu buah mata saja sudah tidak ternilai harganya, apalagi ditambah dengan yang lain. Bilangan mana yang mampu menjelaskan nilainya? Sejatinya angka-angka akan hancur luluh ketika berhadapan dengan ni'mat Allah yang agung. Subhanallah!

Betapa baiknya Allah sama kita. Allah tidak mewajibkan kita bersedekah 1 M, buat mensyukuri ni'mat Allah berupa mata, dan bayaran lain untuk anggota tubuh yang lain. Tidak. Allah tidak menyuruh kita melaksanakan tugas yang berat seperti itu, tapi Allah menugaskan kita dengan cukup ketika mendengar adzan, kita berhenti sejenak dari pekerjaan, melangkahkan kaki ke mesjid, berwudhu, kemudian sholat berjamaah. Cukup ketika tiba bulan Ramadhan, kita melaksanakan puasa. Cukup ketika harta mencapai syarat2nya kita mengeluarkan 2,5 % saja sebagai zakat. Cukup ketika mampu, kita berangkat ibadah haji saja, itu pun yang wajibnya sekali seumur hidup. Subhanallah, tatkala menyaksikan ini, rasanya saya tidak ingin berhenti mengagumi betapa Allah Maha Pengasih dan Penyayang sama kita mahluknya. Apalagi sesudah mengingat bahwa pahala dari melaksanakan semua tugas2 (kewajiban2) tersebut kembali lagi kepada kita yang melaksanakan. Tambah luluh hati saya. 

Kita sama-sama belajar mengingat ni'mat Allah, belajar berterimakasih sama Allah, tiap waktu. Agar kita selalu rindu ibadah, dan menolak setiap bentuk maksiat. Kalau Anda hidup bermewah-mewahan, cobalah sekali-kali, dalam sehari saja, sukur-sukur sampai beberapa hari atau lebih, Anda hidup seminimal mungkin, dari mulai makan, menggunakan fasilitas-fasilitas komunikasi, transportasi dan lainnya. Kalau misalnya ke warung biasa naik motor, sekali-kali jalan kaki. Kalau awalnya makan sama ayam goreng terus, sekali-kali sama tumis daun singkong, misalnya. Beli seribu rupiah dari warung, atau mau lebih ngirit lagi dibagi buat dua kali makan. Mudah-mudahan dengan begitu Allah membukakan hati kita betapa kita tidak patut menyia-nyiakan ni'mat-ni'mat-Nya. Kalau dengan jalan kaki saja, kita bisa melihat kebesaran ni'mat Allah, apalagi naik motor. Kalau makan dengan tumis daun singkong saja kita sudah melihat betapa agungnya ni'mat Allah, apalagi kalau makan dengan paha ayam. Kalau kita sudah mampu merasakan ni'mat Allah saat tidur di atas tikar, apalagi tatkala kita tidur di atas kasur.

Kalau Anda awalnya sering mengabaikan sholat wajib, cobalah beberapa hari Anda konsisten tidak meninggalkan sholat sunnat, seperti shalat duha, sholat tahiyatul masjid, sholat rawatib dan tahajud, insyaAllah Anda akan melihat betapa besarnya kesalahan Anda mengabaikan sholat wajib.

Andaikata Anda awalnya tidak peduli dengan kesalahan-kesalahan Anda, misalnya meminjam sandal tanpa diketahui pemiliknya, cobalah dalam beberapa hari Anda menahan hati untuk tidak melakukannya, jika sandal Anda tidak ada, sementara yang ada di depan pintu bukan sandal Anda, tetapi sandal anggota keluarga Anda sendiri, Anda tidak memakainya walaupun milik anggota keluarga Anda sendiri kecuali setelah minta izin, dan Anda pun lebih memilih bertelanjang kaki saja, maka insyaAllah Allah akan memperlihatkan kepada Anda betapa besar kesalahan Anda yang lalu. Atau awalnya Anda menganggap bahwa mengejek seorang teman bukanlah suatu kesalahan, cobalah sekali-kali jika ada seekor lalat yang tidak bisa terbang karena tercebur ke dalam gelas, atau sayapnya basah, Anda tolong, sampai lalat tersebut dapat terbang kembali,  maka insyaAllah pada saat itu Anda tidak saja dapat melihat betapa besarnya kesalahan dari saling menyakiti, tetapi Anda dapat melihat bahwa ada lagi satu ni'mat Allah yang tiada terkira besarnya, yakni kasih sayang yang ditanamkan dalam dada Anda. 

Kita tidak akan sanggup menghitung jumlah dan harga dari ni'mat-ni'mat Allah atas diri kita, kita pun tidak akan sanggup membayarnya dengan harga yang sepadan. Tapi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tidak membebani kita dengan tugas yang berat, melainkan hanya tugas ibadah yang sangat ringan. Sangat mudah dan murah. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur! Aamiin...

Alhamdulillah...




Sabtu, 29 Desember 2012

Tuhan Saja

Ada yang begitu kuat
Di sini jadi akar, jadi ranting
Hati ini tertaut erat
Begitu sering

Pada Tuhan kupanjatkan
Tunduk perlahan

Gelap penghabisan hujan rapat
Ingin kau dan aku berdo'a
Bersimpuh berlama

Berdua sampai akhir hayat
Hidup buat Tuhan saja

(Tasikmalaya, 30 Desember 2012)

Merasa Malu

Bsmillaahi rrahmaani rrahiim...
Assalamu 'alaikum...

Misalnya ada seorang fakir kita beri uang satu juta. Dia terima uang itu, lantas pulang, dengan muka masam dan tidak mengucapkan terimakasih, atau basa-basi apa pun kepada kita. Kira-kira enek nggak? Hehe... Dengan uang satu juta pemberian kita itu, si fakir membuat usaha kecil-kecilan, lama-lama berkembang jadi usaha yang gedean. Suatu hari kita berpapasan dengan orang itu di jalan, tapi dia tidak nyapa, kita sapa pun dia malah pura-pura nggak kenal sama kita. Nah, kira-kira kita nilai orang itu dengan sebutan apa?! Ya... mungkin tidak tahu terimakasih, atau tidak tahu malu, bahkan tidak tahu diri.

Bandingin dengan kita sebagai manusia. Kita dikasih Allah ni'mat yang melimpah, karunia yang banyak pada diri kita dan alam sekitar. Begitu beragam ni'mat mengililingi kita, tiap detik, di mana pun, dalam keadaan apa pun. Panca indera, anggota tubuh, ruhani. Air yang kita minum, cahaya yang menerangi aktivitas, udara yang dihirup, berbagai macam energi yang kita gunakan untuk kerja sehari-hari. Ada pula ni'mat yang agung, berupa ni'mat iman, ni'mat-ni'mat seperti silaturahim, saling menyayangi, ni'mat perasaan hati.

Baiknya kita bertanya kepada diri kita, apakah disebutnya kita apabalia karunia besar pemberian Allah itu tidak membuat kita tergerak untuk beribadah kepada-Nya dengan ibadah yang terbaik?

Saat adzan berkumandang, saat Allah Yang Maha Agung, Sang Pemberi satu-satunya, memanggil kita, betapa kita tidak tahu diri, tidak tahu malu, kaki kita malah tetap terpancang di tempat hiburan, di kantor, di depan komputer, di depan para pelanggan. Tangan tetap sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan duniawi. Saat iqamah dikumandangkan, kita tetap memutar otak bagaimana melipat gandakan keuntungan penjualan, bagaimana mengatur strategi untuk memperoleh pengakuan atasan. Mata tetap lekat dengan beragam keindahan, dengan banyak hal mubah dan tidak begitu perlu. Mulut tetap berbuih, mengatakan sesuatu hanya untuk ditertawakan, untuk dikagumi, yang walaupun penting, toh masih banyak waktu dan dapatlah dilanjutkan setelah sholat (setelah panggilan Allah) yang tertentu/dibatasi waktunya.

Kembali pada cerita si fakir tadi. Si fakir disebut tidak tahu malu bahkan tidak tahu diri, sebab dia melupakan orang yang telah berjasa begitu besar kepadanya sehingga dia tidak fakir lagi, malah akhirnya dia sukses. Nah, lalu apa bedanya si fakir dengan kita? Jika kita melupakan Allah, Sang Pencipta dan Pemelihara diri kita.

Kita berharap kita selalu merasa malu. Kita tahu, Allah selalu memberi kita, memperhatikan kita dan mengawasi kita atas apa yang kita kerjakan, bahkan atas apa yang kita rasakan. Sejatinya, kita selalu ingin dan rindu mengabdi dengan pengabdian terbaik kepada Allah. Sejatinya kita adalah mahluk yang selalu merasa lemah dan selalu merasa butuh atas pertolongan Allah. Hanya pada Allah lah tahta kebesaran, hanya pada Allah lah kedudukan tertinggi. Hanya Allah lah, pengahabisan langkah kita, ke manapun jalannya. Dalam arti, kemana pun kaki kita melangkah dan apa pun yang kita kerjakan kepada Allah jualah kembali, untuk menerima balasan atas pekerjaan kita. Pada hari itu, saat do'a dipanjatkan, dan bunga sengaja ditabur di atas tanah merah.

Alhamdulillah...

Gambar 1 : Google
Gambar 2 : Google

Jumat, 28 Desember 2012

Tatkala Ibadah Terasa Berat

Bismillahi rrahmaani rrahiim...

Assalamu'alaikum...

Pada saat kita berusaha istiqamah (konsisten) dalam menjalankan ibadah, nampaknya setiap orang mengalami saat-saat di mana ibadah terasa lebih berat, dan kenikmatannya berkurang. Pada saat kita ayik berbagi, asyik bersedekah, ada saat-saat dimana sifat kikir hinggap di hati, menjadikan berbagi/sedekah terasa lebih susah dari sebelumnya. Pada saat kegiatan menghafal Al-Qur'an terasa menyenangkan, ada saat-saat dimana menjadi terasa amat membosankan, amat menjengkelkan. Barangkali Anda menyebut ini adalah sesuatu yang wajar, namun menurut saya justru inilah titik serang setan. Kondisi ini patut dijadikan bagian terpenting yang perlu mendapat perhatian lebih dari sebuah konsep yang disebut istiqamah. Termasuk ketika saya menulis artikel-artikel saya, tiap hari. Saya berniat istiqamah, dan saya sendiri mendapat tantangannya seperti ini. Ada saat-saat saya merasa malas, merasa sangat berat untuk menulis. Tapi sekali lagi, inilah justru saat-saat "penaklukan" terpenting...hehe...kayak perang saja. Memang, inilah perang melawan diri sendiri. Sehingga, istiqamah saat tidak ada rintangan itu biasa, nah kalau tetap istiqamah dalam kesusahan dan dalam kondisi banyak rintangan, itu baru luar biasa.

Bagaimana cara untuk mengatasi perasaan berat dalam beribadah? Saya yakin ada banyak cara, tiap orang mungkin memiliki cara yang khas dalam mengatasi masalah beratnya menjalankan ibadah. Tapi di sini akan dikemukakan apa yang saya alami dan rasakan saja. Paling tidak menurut saya (orang yang masih belajar ini) cukup tiga hal saja yang perlu diperhatikan (supaya Anda mudah mengingatnya dengan cepat, tatkala Anda butuh) :

Pertama TIDAK BERLEBIHAN. Ibadah yang berlebihan tentu lama-lama akan membuat kita merasa berat. Allah tidak menyuruh hambanya mengerjakan sesuatu yang di luar batas kemampuannya.

Kedua MENGINGAT KARUNIA ALLAH. InsyaAllah dengan mengingat karunia Allah yang begitu besar pada diri kita dan kehidupan kita ini, maka kita akan otomatis merasa rindu untuk ibadah sebagai ungkapan rasa syukur. Tanpa disadari kita dilayani 100% oleh karunia Allah. Anggota badan yang lengkap dan sempurna, berbagai jenis makanan, air untuk minum, udara untuk bernafas dan menyegarkan diri, waktu yang lapang, penghargaan orang, tanah yang luas dan lain-lain.

Ketiga MENGINGAT MATI. InsyaAllah dengan mengingat mati kita akan senantiasa menginginkan ibadah kita saat ini menjadi ibadah yang terbaik. Kita tidak pernah tahu, sangat boleh jadi ibadah kita saat ini adalah ibadah kita yang penutup (terakhir). 

Mudah-mudahan bermanfaat. Aamiin

Alhamdulillah...







Rabu, 26 Desember 2012

Harta Atau Amal?



Saya terharu ketika menyaksikan video pembelajaran karya Harun Yahya "RAHASIA DI BALIK UJIAN". Pertama-tama saya diajak jalan-jalan "berkeliling" melihat berbagai keindahan. Taman, rumah-rumah gedong, mobil-mobil bagus, ruangan-ruangan mewah. Mmhh...tampak semuanya begitu menyenangkan. Betah kayaknya kalau memiliki itu semua. Diceritakan bahwa untuk mendapatkannya, orang menempuh usaha mati-matian, kerja keras, kerja cerdas, tapi giliran mentok ada stress nya juga... he...he...he. Ya, sebenarnya otomatis saya ngerti, memangn semua itu kan butuh duit! Dan untuk mendapatkannya ya kerja.

Setelah diajak muter-muter lihat keindahan sana-sini, saya diajak ke situasi kesudahannya. Diperlihatkan kepada saya bagaimana rumah-rumah gedong tadi kena musibah kebakaran, bagaimana mobil-mobil bagus tadi hancur setelah kecelakaan, dan kehancuran-kehancuran lainnya. Jadi mana yang tadi dibangga-banggakan itu? Mana yang tadi jadi impian semua orang? Mana yang tadi didam-idamkan? Semua jadi tidak begitu menarik. Dan yang pasti menyadarkan saya, bahwa itulah kehidupan dunia, semua yang indah-indah hanya perhiasan semata yang kelak akan sirna, cepat atau lambat.

Disadari atau tidak semua itu adalah ujian untuk manusia, ya untuk kita. Apakah kita akan terpedaya atau tidak? Apakah kita akan mementingkan dunia atau akhirat? Saya sangat setuju dengan kata-kata: kerja untuk ibadah. Artinya uang hasil kerja untuk bekal ibadah. Ini bener, kalau kita nggak makan, mana kuat berdiri buat sholat? Kalau tidak kerja, gimana mau ngebiayain anak yatim, gimana mau berangkat haji? Bukannya sia-sia punya rumah, punya mobil, tapi yang perlu diperbaiki adalah niatnya, supaya tidak jadi sesuatu yang sia-sia, yang tidak bernilai akhirat. Kita kerja buat bangun rumah, Boleh lah. Tapi bagusnya tambahin, kalau sudah punya rumah sendiri, ngedidik anak-anak ngaji jadi nyaman, sholat tenang nggak mikirin belum bayar kontrakan...he...he...he... Atau kerja buat beli mobil. Boleh juga, kenapa nggak?!! Tapi tambahin lagi niatnya, kalau punya mobil mau ke mesjid, hujan, jadi nggak kehujanan. Kalau ada tetangga minta bantuan ke rumah sakit, bisa ngasih bantuan. Kalau ada saudara butuh angkutan, kita bisa nolong.

Saya saja punya laptop, bukan buat bangga-banggaan atau bukan buat maen-maen doang. Tapi dengan idzin Allah saya maksimalkan untuk ibadah. Kayak download video dakwah, ilmu pengetahuan, mp3 ngaji, browsing-browsing ilmu keislaman, nonton ceramah bareng-bareng sama teman saya, berbagi pengalaman ruhani di facebook, plus modem-nya, alhamdulillah atas karunia Allah, saya gunakan untuk menulis dan menerbitkan artikel-artikel saya di blog. Mudah-mudahan apa yang saya tulis menjadi amal jariyah, dan mendapat ridho Allah, serta bermanfaat bagi Anda yang membacanya. Aamiin. 

Anda ya punya HaPe, Tab, mp3 player, sepeda motor, mesin cuci, kompor gas terbaru/teririt (hehehe...), buku-buku, tas keren, sepatu mahal, sepeda terbaru, motor antik kayak vespa, dan barang-barang lain, cobalah dari sekarang tiap mau menggunakan barang-barang tersebut Anda niatkan karena Allah dan untuk tujuan ibadah. Biar nggak sayang, cuma jadi perhiasan dunia doang, tapi biar bernilai akhirat juga.

Sebuah jarum pun, masyaAllah, bisa jadi ladang ibadah. Baju suami Anda robek, Anda jahit dengan jarum itu, niat berbakti pada suami karena Allah. Ada yang mau pinjam jarum, jangankan dipinjamkan, kita kasihkan. InsyaAllah, dengan landasan keikhlasan, landasan kesadaran penuh bahwa begitulah sifat dunia, cuma nempang lewat doang, semua yang dilakukan jadi amal kebaikan buat kita di akhirat.

Tatkala teman saya mau pinjam kaus kaki saya, saya langsung kasih pinjem. Malah lama-lama saya rela. Alhamdulillah, daripada saya nggak pake mending dimanfaatkan oleh orang lain kan?! Ada yang mau minta sms, alhamdulillah, pulsa saya manfaat juga. Ada yang minta fotokopi, cetak data, scan di printer saya, alhamdulillah. Ada yang nonton ceramah bareng di laptop saya, alhamdulillah. Ada yang ikut makan bareng sama saya, alhamdulillah. Anda bilang: "Sayang dong, mau aja dimanfaatin orang!" Nggak, daripada ngerugiin orang mending bikin manfaat buat orang. Bahasanya dong, jangan "dimanfaatin" itu artinya satu lagi kekalahan kita, sudah berprasangka jelek sama orang. Bukan orang manfaatin kita, tapi memang butuh kita, itu yang bener. Saya justru belum apa-apa, cuma bisa segitu, orang lain sedekahnya lebih besar lagi, dan lebih bernilai lagi. Kalau malaikat maut menjemput, mereka tentu lebih siap lagi, sebab amal-amalnya juga lebih banyak. Sementara saya? Nah.... otomatis lucu, kalau saya dimintai sms saja nggak rela. Lucu, kalau ada yang dateng ke saya, nanyain sisa nasi terus saya ngebohong, bilang nggak ada, padahal ada. Lucu kalau saya diminta beli obat saja, beralasan ini itu. Lucu banget, diketawain juga sudah bukan pantes lagi.

MasyaAllah, dunia yang begitu indah ini, yang begitu menarik ini, telah menyesatkan banyak orang dengan keserakahan dan prasangka buruk. Lupa berbuat baik, lupa beramal, yang ingat hanya perutnya sendiri. Padahal kalau sudah ketemu ajal (sang pemutus kenikmatan) semuanya ditinggalkan. Bye bye... rumah, mobil, motor, televisi, anak-anak. Saya nulis begini, padahal saya juga masih belajar, masih jauh. Jadi kita belajar sama-sama, memupus keserakahan diri kita sendiri. Sedikit demi sedikit dengan membiasakan diri mengikhlaskan, beramal dengan harta, dengan waktu dengan pikiran, dan lain-lain. Kita jadikan diri kita, harta punya, amal jalan. Bismillah...

Alhamdulillah...

Gambar : Google
saat ini menjadi manfaat.

Selasa, 25 Desember 2012

Stop Berantem !!

Assalamu'alaikum...
Bismillahi rrahmaani rrahiim...

Rasulullah Saw., bersabda :

تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ، لاَ تُحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
Wahai wanita-wanita muslimah, jangan sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh untuk memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (HR. Al-Bukhari no. 2566 dan Muslim no. 2376)

Apa pun yang diberikan, dihadiahkan, biarlah balasan ada di sisi Allah, menjadi rahasia Allah.

Satu kisah...

Suatu pagi, orang ini bangun. Dilihatnya ada sisa nasi satu piring yang dimasak semalam. Beras sudah habis. Ia sudah lapar, tapi dia ingat, kawan yang jadi tetangganya sudah lama tidak punya uang, barangkali pagi ini tetangganya itu belum makan. Akhirnya diberikannya sisa nasi itu. Ia memilih menunda makannya, ia kasihan sama kawannya. Lagi pula ia masih punya uang yang bisa dibelanjakan keluar. Tatkala dilihatnya tetangganya itu hampir selesai memakan nasi pemberianya hanya dengan garam. Bukan main sakit hatinya melihat itu semua. Ia tidak tahu, bahwa kawannya tidak memiliki apa-apa selain garam. Tadinya ia merasa lapar, usai menyaksikan kejadian itu, ia merasa tidak lapar lagi. Rasanya ia ingin puasa saja, kalau saja ia tidak meneguk air sesudah waktu shubuh. Saking menyesal dan kasihan. Mengapa ia tidak memberinya lebih.

Kisah kepedulian seperti ini, mungkin sekali terdapat di dalam kehidupan kita sehari-hari, hanya saja jarang disaksikan. Kita sendiri jarang mendapat tantangan untuk melakukannya, atau mencari tantangan dengan sengaja. Padahal, insyaAllah, merealisasikan rasa peduli dengan saling memberi, dengan mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, dapat menumbuhkan rasa saling mencintai, memupus rasa tamak, rasa iri dengki, dan membuat kita menjadi pribadi yang bersyukur. Menjadi pribadi yang tenggang rasa, senang melihat orang lain bahagia, dan sedih bila melihat orang lain sengsara.

Hadiahnya mesti yang mahal?

Hadiah itu tidak perlu yang gede-gede, yang mahal-mahal. Sukur kalau bisa. Kalau nggak bisa-bisa, jangan nunggu sampai bisa. Tapi, barang yang biasa pun bisa kita gunakan untuk saling berbagi. Berbagi makanan. Atau ada temen datang ada acara, terus pinjem kaos kaki, kasih saja, kebetulan kita punya dua, daripada yang satu nggak dipake, mending dihadiahkan. Yang nggak punya gelas, kasih gelas satu. Dikasihkan gelas satu nggak bakalan mati kelaparan kan? hehe... Meluangkan waktu beberapa menit untuk menemani ngobrol juga insyaAllah keitung amal. Niatkan saja untuk membahagiakan saudara kita.

Stop Berantem !!

Mengapa kita dengan saudara kita di keluarga sering berantem, sering nggak akur? Mungkin itu, kurang sedekahnya, kurang saling memberi hadiahnya. Toh, hadiah itu nggak mesti dalam bentuk barang saja kalau memang nggak ada, sekedar senyum pun, sekedar menemani ngobrol pun, atau curhat-curhatan. Intinya kan untuk menjalin silaturahim. Mungkin salah satu dari kita pernah mengalami, suatu kali teman dekat kita nyuruh datang pas acara nikahan, "Sudah nggak usah bawa apa-apa, yang penting situ dateng, saya sudah sukur!" tuh kan?! Tapi ya kita ngerti, masa nggak bawa kado apa-apa, mentang-mentang disuruhnya begitu, nggak tahu malu namanya, he...he...he.

Banyak cara unik yang bisa dilakukan biar tidak kaku dalam saling berbagi. Suatu kali teman saya di kampung pesen obat, saya beliin. Obatnya saya titip ke sepupu saya yang pulang kampung. Obatnya di antar ke rumah saya. Saya suruh teman saya jemput obatnya ke rumah saya, sekalian uang gantinya tolong berikan ke adik saya buat jajan. Nah, bisa juga tuh memanfaatkan situasi seperti itu. Asal kita kreatif saja.

Begitu pun kalau berantemnya dengan tetangga, dengan teman. Coba, koreksi, jangan-jangan kita cuek sama tetangga kita. Belum pernah saling memberi. Jadi belum ada sesuatu yang mengikat di antara kita dengan tetangga kita atau teman kita.

Saya punya seorang teman. Jalinan persahabatan di antara kami sangat dekat dan kuat. Karena sampai saat ini kami saling memberi. Dan peristiwa saling memberi ini tidak perlu dengan hal sejenis. Maksudnya, kalau misalkan yang seorang memberi berupa harta, yang lain memberi dengan penghormatan dan sikap menghargai atau dengan bantuan. InsyaAllah, itu pun cukup mengakrabkan.

Bagaimana kalau kawan kita terkesan tidak tahu diri?

Nah.....

Sering saya rasakan pula, tatkala sering memberi, namun tidak berbalas apa pun baik berupa penghargaan maupun berupa barang, orang yang diberi malah terkesan terus saja terobsesi untuk memanfaatkan kita. Jujur, saya juga sempat kesal tuh, tapi.... di sini justru terletak ujian untuk kita. Terkadang kita tidak melihat kebaikan yang dilakukan orang tersebut kepada kita, karena kita keburu buruk sangka. Boleh jadi orang tersebut pernah berbuat sesuatu, memang kecil perbuatan baiknya, sehingga tidak kita saksikan, tapi gede efeknya buat hidup kita. Atau semata-mata karena kita tidak suka saja dengan sikapnya, padahal dari kacamata umum tidak merugikan sama sekali. Malah, boleh jadi kawan kita itu begitu royal berdo'a buat kita. Justru gemar "mempromosikan" kita dengan membicarakan kebaikan-kebaikan kita di hadapan orang lain. Atau... diutusnya teman yang gemar mendiskreditkan kita, justru itulah tarbiyah dari Allah, agar kita menjadi pribadi yang lebih bersabar. Suatu "pendidikan" yang mahal, yang tidak semua orang mendapatkannya.

Berbaik sangka sama Allah saja lah... Coba, mau hidup susah atau seneng... Seneng kan? Oke, berbaik sangka sama Allah. Miskin belum tentu susah, kaya juga belum tentu seneng, bener kan? Kenapa banyak orang miskin justru bisa ketawa-ketawa seneng? Kenapa pula banyak orang kaya, malah melewati detik-detik hidupnya dengan tegang melulu? Jadi orang marginal tidak mesti sengsara, jadi orang sentral juga tidak selalu bahagia. Kadang-kadang orang yang ada di posisi sentral justru pusing dengan beragam masalah yang menghampiri. Gosip, fitnah, tambahan beban tanggung jawab. Mengapa bisa begitu? Anda jawab sendiri saja deh! He...he...he... kalau dijelasin terus, namanya saya tidak memberi kesempatan kepada Anda.

Kita jadikan diri kita cerdas dengan memenuhi hati oleh rasa syukur dan ikhlas... InsyaAllah tantangan-tantangan di tiap episode kehidupan akan mudah dilewati. Mudah2an kita diberi kemudahan untuk meningkatkan kualitas ruhiah kita dari waktu ke waktu. Aamiin...

Alhamdulillah...

Hadist : asysyariah
Gambar : Google




Senin, 24 Desember 2012

Kau dan Bunga

Kita sama di sini
Menatap langit-langit hati,
melukisnya sampai penuh

Atau kita tak segan pilu
Haru, hati jadi abu

Boleh aku meminta satu?

Buatlah senyum paling manis
Untukku, ya !!
Paling menawan

Kau dan bunga-bunga
Tahukah bahwa sepadan?

(Tasikmalaya, Desember 2012)

Cara Menyayangi Anak

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahaanirrahiim...

Hampir segala sesuatu kita lihat berpasang-pasangan.

Siang - Malam
Laki-laki - Perempuan
Jauh - Dekat
Besar - Kecil
Susah - Senang
Rapi - Kacau
Panas - Dingin
Dll...... kalau ditulis semua, artikel ini nggak bakalan jadi2, hehe...

Bagaimana dengan pasangan "jasmani"?
Tepat sekali, sudah pada pinter nih. Ya, pasangan jasmani adalah rohani.

Namun, kayaknya kebanyakan orang dalam mendidik dan menyayangi anak itu baru jasmani saja. Melalui uang, fasilitas, sekolah-sekolah favorit, sementara rohani diberi porsi terlalu sedikit, bahkan bisa jadi tidak sama sekali. Seperti ngaji, dilatih sholat, dzikir, diberi buku-buku islami, dididik ahlaknya, dido'akan dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.

Sehingga, tidak sedikit anak yang jadi bandel, manja, ngelawan sama orang tua. Bukannya bikin bangga, malah bikin malu, bikin banyak masalah. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Boleh jadi karena orang tuanya cuma menyayangi anaknya dengan usaha jasmani, logika semata-mata. Sementara ruhani nol. Nih nak, motor buat sekolah! Nih, nak brosur jurusan universitas terbaik. Nih nak hanphone-nya yang terbaru. Nih nak, uangnya, kalau nggak cukup telepon lagi. Kamu butuh mobil nggak? Buku-bukunya lengkapi ya, beli yang bagus sekalian. Awas, belajarnya yang rajin, jangan nonton terus, jangan main terus. Gitu saja, kadang-kadang. Bener nggak sih? Saya yakin bukan Anda, tapi orang lain.

Sementara usaha ruhani (keyakinan)-nya kurang maksimal. Belum memakai do'a, belum memakai sholat, belum memakai puasa, belum memakai shodaqoh, yang semuanya diniatkan untuk mengawali do'a bagi anak-anak mereka. Kalau saja para orang tua tahu, banyak sekali kisah-kisah yang memuat keberhasilan usaha batin (keyakinan) ini dalam mencetak anak-anak shaleh/shalehah, cerdas dan berbakti. Sebab yang didekatinya Allah. Satu-satunya pemain di dunia ini. Yang Maha Tahu, Maha Mengatur, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Subhannallah.

Pentingkah? Saya tegaskan : PENTING ! Mengapa? sebab saya menyaksikan sendiri, mendengar sendiri, di dunia siswa, mahasiswa, dan anak-anak pada umumnya. Mereka diberi fasilitas, diberi uang, dan yang lainnya. Tapi perilakunya, andaikata orang tuanya tahu, saya yakin mereka tidak akan suka. Atau mungkin mereka sedih. Banyak anak yang berbohong dengan uang yang diamanahkan orang tua mereka. Buat kuliah, nggak tahunya dipake biyayain pacaran. Buat jajan, malah dipake maksiat. Apa nggak sedih tuh, ngedengernya? Mereka menyia-nyiakan kepercayaan orang tua mereka.Mengkhianati orang tua mereka sendiri.

Lalu siapa yang bisa dipercaya untuk mengawasi tatkala mereka di luar rumah? Wong di rumah saja, kalau sudah pintu kamar ditutup, orang tua pada nggak tahu apa yang dilakukan anaknya. Ya nggak ada, mau ngutus satpam, mau nyewa orang, he...he... gila kaya bener, berapa bayarnya tuh? Atau hubungi temen-temennya. Nah kalau temen-temennya pada dusta semua? Mau apa lagi? Nggak, nggak ada yang bisa dipercaya, kecuali Allah. Maka dekati Allah dengan amalan-amalan yang banyak, yang rajin, terus do'akan anak-anak, supaya shaleh dan shalehah, jujur, pinter, dan do'a-do'a baik lainnya. Top buat Anda, kalau sudah begitu!

Karenanya saya sebagai anak, selalu meminta dorongan do'a pada ibu dan ayah saya. Saya sebagai anak selalu berusaha meminta agar orang tua saya meningkatkan amalan harian. Dalam kondisi apa pun, terutama saat punya masalah. Agar mudah-mudahan "pijakan" saya dikokohkan. Dikuatkan. Diberi solusi atas setiap permasalahan, rintangan, godaan, dan sebagainya.

Amalan-amalannya ya sholat yang wajibnya dibagusin lagi. Di awal waktu dan selalu berjamaah. Boleh sholat tahajud, sholat duha, sholat hajat, sholat istikharah (minta petunjuk), shodaqoh, puasa sunat senen kemis. Baca (tadarrus) Al-Qur'an tiap hari. Terus do'anya yang bagus, kalau nggak bisa pake bahasa Arab, ya pake bahasa sehari-hari saja, rendahin hati waktu do'a, mintanya baik-baik, sungguh-sungguh, bener-bener hati berserah diri. Inget Allah adalah segalanya bagi hidup kita. Yang menentukan langkah kita, yang ngatur hidup kita. Jangankan mengatur hidup kita, perkara selembar daun jatuh pun Allah ngaturnya. Nangis? Silahkan kita bebas nangis di hadapan Allah...hehehe... kalaupun di kantor bapak tegas dan nyeremin, nangis saja, malah bagus. Tiap butiran air mata yang jatuh di hadapan Allah, insyaAllah sangat tinggi dan berarti nilainya. Yang Yakin. Asalkan dilakukan dengan rajin, walaupun banyak rintangannya, diusahakan istiqamah, insyaAllah, Allah akan mengabulkan do'a ibu bapak semua.

Alhamdulillah...
Astaghfirullah al-adziim...

Gambar : Google

Minggu, 23 Desember 2012

Pertolongan Allah

Bismillahi rrahmaani rrahiim...

Kemarin, Sabtu 22/12/2012, Kang Irfan, anak sulung K.H. Cucu Syamsul Millah, pimpinan Ponpes Manarul-Huda, nelepon saya. Beliau minta saya nganter dari terminal Pancasila (deket Miftahul Huda Al-Hadi tempat beliau mesantren) ke Manonjaya ke rumah kenalannya, untuk urusan pembelian mobil sama orang Cineam. Perjalanan yang saya tempuh nantinya merupakan perjalanan selama setengah jam dengan kecepatan sepeda motor standar. 

Pukul 16.30 saya ditelepon, saya sadari lagi ini adalah tugas dari Allah. Perasaan capek itu hanya buaian nafsu belaka boooy.... (bujuk saya dalam hati), setelah saya niatkan semata-mata ibadah, untuk membantu karena Allah, memang rasa capek yang hanya saduran itu pun sirna dengan sendirinya. Ternyata benar adanya, buaian nafsu selalu mengada-adakan suatu penghalang yang sebenarnya tidak ada. 

Apalagi kalau ingat kata-kata ustadz Yusuf Mansur bahwa salah-satu ciri seseorang akan mendapat pertolongan Allah, bahwa jika ada seseorang yang memohon bantuan pada kita, maka kita tutup (bantu) kesulitannya. Kita bantu dulu, baru kita dibantu. Etikanya kan begitu, meskipun tidak selalu. Meskipun demikian yang membuat saya lebih terhibur adalah, apalah disebutnya saya ini, andaikata ngacuhin ibadah, sementara karunia Allah pada diri saya sudah bukan gede lagi.

Saya bersiap-siap, bawa peralatan, terutama sarung buat sholat. Saya pikir, sekarang kan musim hujan, persiapan mesti lebih oke. Saya jemput beliau, dan saya antar sampai di tujuan. Awalnya saya mengira urusan kelar sebelum maghrib, dan saya bisa sempet maghrib di kamar kost. Ternyata kendala dari pihak penjual datang, mereka masih dalam perjalanan membawa mobilnya dari Cineam. Kami pun menunggu di rumah kenalan Kang Irfan yang belum datang, sedang mengambil mobil bersama kawannya. Sholat maghrib berjamaah. Nah, lewat adzan isya baru urusan jual beli beres. Saya sudah gelisah tuh, saya nge-judge diri saya, kalau saya nggak bakal sempet sholat berjamaah isya di mesjid. Mau ijin ke mesjid, katanya mesjidnya agak jauh, saya nggak tahu jalan, sudah gitu gelap karena di kampung.

Saya ingat janji saya dulu, untuk memberi Kang Irfan sejumlah uang, saat urusan jual beli motor saya yang dibantu olehnya selesai. Maka pada saat sebelum pulang saya tunaikan janji saya. Mudah2an, Allah menurunkan pertolongannya atas kekhawatiran saya malam ini.

"Duh, gimana dong, kayaknya bakalan hujan!" kata Kang Irfan.

"Tenang saja, insyaAllah hujannya nggak bakalan gede, cuma gerimis doang!" jawab saya, padahal hati saya juga nggak karuan...hehe...

Kami pun pulang. Kang Irfan kendarai mobil barunya, sementara saya pulang naik motor saya. Hujan gerimis. Makin khawatir, karena saya lupa nggak bawa jas hujan. Lagian nggak mungkin motornya dinaikin ke mobil, susah...hehe... Saya makin pesimis, barangkali nanti hujan makin gede. Hati saya ketar-ketir.

Saya iringi perjalanan pulang dengan berdzikir. Saya bersyukur, hujan hanya gerimis sepanjang jalan. Saat beberapa menit lagi sampai, beberapa kilometer lagi, alhamdulillah, Allah pelihara sholat berjamaah saya. Belum jauh saya berbelok dari Pertamina saya melewati mesjid yang baru saja adzan, dan ikut sholat berjamaah, meskipun kebagian 1 rakaat terakhir, tapi nggak kebanding ni'matnya. Alhamdulillah. Saya yakin Alah telah mengaturnya untuk saya.

Kalau kita yakin dan berserah diri kepada Allah, dan berazzam untuk istiqamah, insyaAllah, Allah akan memberikan pertolongan. Kalau ternyata tidak seperti yang diminta? Berprasangka baik saja! Gampang kan?! Allah pasti punya rencana lain yang jauh lebih baik. Umpamanya di perjalanan ban bocor, kita nambal dulu, sambil menggerutu, padahal siapa tahu bahwa itu yang menyelamatkan kita dari kecelakan di perjalanan. Pas kita nerusin perjalanan ternyata di depan ada kecelakaan. Allah Maha Cepat perhitungan-Nya.

Mudah-mudahan kita selalu mendapat pertolongan Allah dalam menyempurnakan ibadah kita kepada-Nya. Aamiin.

Alhamdulillah...

Gambar :  Google

Jumat, 21 Desember 2012

Tipudaya Iblis Dalam Rasa Cinta

Bismillahi rrahmaani rrahiim...

Sombong adalah sifat syetan/iblis. (Q.S 2 : 34). Maka dari itu dengarkanlah baik-baik, merendahkan hati tatkala orang bicara. Bersyukurlah melihat orang lain lebih sukses. Tidak malah, ingin menggulingkan. Syetan juga lakum 'aduwwumubbin... (bagimu musuh yang nyata). Tatkala kita mencintai Allah, iblis selalu mencari celah untuk membelokkan hati kita menuju kecintaan kepada yang lain. Melalui usaha kita, aktivitas belajar kita, aktivitas-aktivitas lainnya. Hati-hatilah, ketika kita menilai sebuah situasi : "Mh... tanggung nih lagi sibuk-sibuknya, lagi seneng-senengnya, sholat entar saja ah 15 menit lagi.", iblis laknatullah masuk. Padahal belum tentu 15 menit ke depan kita sempet. Jangan biarkan iblis membelokan arah kita. Iblis akan selalu berusaha mempengaruhi kita sampai kita berbelok jauh, membumbui perbuatan kita yang menyimpang menjadi seakan-akan wajar saja, bahkan sehingga kita menganggap yang salah jadi bener, sampai tidak sempat taubat, belum sempat istighfar, dan maut keburu datang. Naudzu billahi mindzalik.

Hidup akan lebih bermakna tatkala kecintaan kepada Allah dihadirkan setiap saat, yang berbuah amal-amal berupa sholat, mengucapkan kalimah toyyibah, dzikir, puasa, sedekah, dan lain-lain. Kita akan cenderung gembira melihat orang lain senang. Akan cenderung khawatir dengan banyak harta, tanpa berbagi dengan orang lain. Hatimu akan miris melihat mesjid-mesjid yang lengang di waktu sholat tiba. Gusar tatkala melihat, kawan-kawanmu hanya bersenang-senang semata di setiap waktu, tanpa mengutamakan menyembah Allah. Hatimu akan rindu memberi, rindu berbicara yang baik-baik, tidak nyaman berada pada situasi yang membuang-buang waktu. Selalu memikirkan sebab, dan memperhitungkan akibat.

Tapi iblis selalu membelokkan rasa cinta kita, kecenderungan kita. Iblis datang kepada kita dengan rupa yang amat menawan, amat indah, amat elok, membuat hati gembira dan senang bukan kepalang. Sementara dia sembunyikan rupa aslinya yang mengerikan, yang jika saja diketahui, semua orang akan lari dengan ketakutan yang sangat. Iblis, selalu berkata-kata indah, menjanjikan berbagai hal manis dan membujuk rayu di telinga kita, sementara ia menyembunyikan kata-kata kotornya, caci maki dan olok-oloknya kepada kita. Iblis selalu menipu kita.

Semoga kita semua mendapat pencerahan cahaya-Nya, sehingga dapat melihat dengan jelas gerak-gerik iblis di tengah-tengah kehiduan kita, lantas kita bisa menghindarinya. Aamiin...

Alhamdulillah...

Bertemu Karena Allah

Bismillahi rrahmaani rrahiim...

Jum'at malam 21/12/2012, ba'da isya, saya berkumpul bersama teman saya, Robi, membicarakan amal-amal harian kami, suka duka dan tantangan-tantangannya, kami berdo'a kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, mudah-mudahan selalu di-istiqamah-kan. Aamiin. Nonton ceramah Yusuf Mansur, tentang kematian dan sedekah. Pelajaran yang dapat disimpulkan, mestinya kita semua siap kapan pun maut menjemput. Siap dalam arti, kita selalu mengisi hari-hari kita dengan amal terbaik, sholat, puasa, sedekah. Sebab tatkala kita merasa tidak siap, itu artinya hati kecil kita mengatakan bahwa kita merasa belum pantas menghadap Allah dengan amal-amal kita yang sekedarnya, atau malah minus. Astaghfirullah 'aladziim...

Jarang sekali dari kita yang mengaku siap andaikata maut menjemput kapan pun. Bukan berarti menantang. Ya, kita ingat dosa-dosa kita begitu banyak, sementara amal-amal kita begitu kecil. Solat masih sekedarnya, asal lepas kewajiban, kadang-kadang perut puasa tidak makan tapi mulut tidak tahan membicarakan keburukan orang lain, tidak tahan memaki orang. Sedekah, masih sayang dengan harta, diakui atau tidak kita masih hubuduanya (cinta dunia), sesuatu yang kalau mati ditinggalkan, sesuatu yang jika Allah berkehendak dalam sekejap mata bisa lenyap, astaghfirullah 'aladziim. Padahal banyak contoh-contoh, yang patut diteladani, di antaranya yang unik yaitu seseorang yang kalau orang lain sedekah 2,5 % dari harta yang dimiliki, ini malah 2,5 % disisakan untuk dirinya, selebihnya disedekahkan. Subhanallah. 

Saya dan teman saya berharap amal-amal kami di-istiqamah-kan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Kami berharap ibadah kami berdasarkan rasa syukur. Ya, kami sadar, ni'mat Allah yang kami terima begitu besar. Mata, telinga, indah rasanya kalau kami gunakan untuk membaca Al-Qur'an, telinga kami pergunakan untuk mendengarkan ceramah-ceramah pembangkit ruhiah. Mulut dan lidah, indah rasanya jika setiap hari kami gunakan untuk bedzikir dan berdo'a. Indah rasanya jika tangan dan kaki pemberian Allah, kami gunakan untuk melangkah ke mesjid, ber-takbirratul ihram, bersujud. 

Kami saling mengingatkan tentang hafalan Al-Qur'an kami, yang sempat terlupakan. Saya diingatkan agar selalu membacanya dalam shalat-shalat sunnat, dan dalam waktu senggang. Merencanakan target dengan realistis. 

Dan dengan canda, saling sikut, kami berharap kami berdua saling mendo'akan agar mendapatkan teman hidup yang mencintai Allah di atas cinta yang lain, selalu mengutamakan Allah. Menemani hari-hari kami, ibadah kami, seia sekata dalam hidup yang karena Allah semata-mata. Subhanallah, satu pengharapan kami yang selalu kami ulang-ulang di tiap pertemuan, dan selalu kami berjanji memanjatkannya dalam do'a-do'a kami. Allah Maha Mendengar, Maha Tahu, Maha Kuasa. Kami yakin, tiada keraguan sedikit pun. 

Indahnya mencintai Allah, indahnya bersam-sama dengan orang yang mencintai Allah, dan saling mencintai karena Allah semata. Allah saja. Tiada yang lain.

Alhamdulillah...

Gambar : Google



Kamis, 20 Desember 2012

Habis Berpisah

Lelaki bisu
Tepi dermaga, kala senja
Sunyi... ditinggal pulang
Perahu di tepi
Gemuruh sepi
Hilang 

Kabut dan kalut mengepung
Tiada bernyawa
Hujan jadi duri
Laut sudah mati
Meradang


(Tasikmalaya, 20 Desember 2012)

Rabu, 19 Desember 2012

Pelajaran Berharga Di Pagi Hari

Bismillahi rrahmaani rrahiim...

Merendahkan hati itu ni'mat. Memberi kesempatan orang lain untuk mengobrol sampai selesai dengan tidak memutus pembicaraannya. Sambil kita anggap orang di depan kita lebih baik daripada kita. Mengatakan amin, untuk imam yang berdo'a dengan menetapkan hati bahwa imam jauh lebih baik daripada diri kita. Atau sekedar bertemu dengan orang, kita anggap orang itu lebih baik daripada kita. Dan memang itu yang pantas. Bukankah kita tahu aib diri kita sendiri, dan kita tidak pernah tahu aib orang lain? Lagi pula mencari-cari aib/kesalahan orang lain adalah perbuatan yang tercela.

Terkadang Anda bisa belajar dari sebuah pertemuan. Sebelum shubuh tadi, saya bertemu kawan lama di mesjid, kami membicarakan masalah kuliah. Ternyata dia sejurusan dengan saya, hanya saja sebagai kakak tingkat saya. Dia menanyakan kepada saya "Apakah angkatan mu kompak waktu ujian?", saya mengerti yang dimaksud adalah perkara trik dan kekompakan saat ujian yang memalukan. Maka dengan tersenyum saya utarakan "Ya, semua kompak, tapi sepertinya hanya saya yang tidak ikut serta!" Saya tidak mengatakan hukumnya, saya cukup yakin dia mengerti setelah dia mengatakan : "Ya, amaluna amalukum!", hanya saja barang kali dia tidak peduli, atau tidak yakin. Saya bertanya "Saya ingin tahu, siapa ya yang jadi orang dalam-nya?" Dia sendiri tidak tahu, dia pun mengaku jadi seorang pembahas soal, barangkali seperti angkatan saya, pengerjaan soal dilakukan di rumah sebelum hari H ujian. Mudah2an kata-kata saya jadi do'a buat perubahan sikapnya, dan kawan saya mengikuti jejak saya, bahwa bersama-sama dalam kecurangan sama sekali tidak mengandung kebaikan. Saya tidak mengatakan hukumnya, tapi saya sudah menjelaskannya dengan pengakuan sikap saya, kecuali kalau dia bertanya. Ini amat menyedihkan buat saya, buat negara ini !!

Terkadang Anda bisa belajar dari mimpi. Waktu tidur ba'da shubuh saya bermimpi makan bersama, berakrab-akraban dengan teman yang belum begitu akrab, memohon maaf atas kesalahan, dan menolak tawaran membuat tugas kuliah dengan cara membayar.... hehe...mungkin gara-gara pertemuan sebelum shubuh itu.

Terkadang Anda bisa belajar dari sebuah pesan (SMS). Setelah saya bangun tidur, teman saya, Tatan Haryadi meng-SMS saya, bertanya "Kapan kau pulang?", saya balik tanya: "Ada apa memangnya?", "Saya titip beli obat herbal, buat ibu saya!", saya tanya lagi "Obat apa?", dijawabnya: "Sari kurma terbaik, dua botol, tambah obat buat memperkuat pencernaan!", saya tanya lagi : "Bagaimana gejalanya?", Teman saya menjawab : "Beliau ngerasa mual, kembung, nggak enak makan!".

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah saya tidak menganggap ini adalah beban, tapi inilah tugas dari Allah yang menghampiri saya, sekaligus kesempatan saya untuk beramal. Saya bertekad untuk mempermudah urusan kawan saya ini, walaupun saya sebetulnya tidak berrencana pulang, alasan paling utama adalah kesehatan saya belum kunjung stabil, kedua ada tugas kuliah. Tapi saya harus mewujudkan bantuan, harus! 

Saya teringat, sepupu perempuan saya yang kuliah di UPI PGSD Dadaha, dia biasa pulang tiap minggu. Waktu saya SMS, katanya dia akan pulang sore hari ini, atau pagi-pagi besok, saya tanya "Bisa titip obat buat ke kampung?", dijawab : "Oh, iya bisa, nanti dihubungi lagi ya?!".... Saya memandang ini adalah pertolongan Allah, kalau tidak, gampang saja bagi Allah membuat saya tidak punya solusi sama sekali, sehingga saya pun mengatakan pada teman saya : "Maaf nih, saya nggak enak badan, nggak tahu kapan pulangnya juga!", tapi berkat pertolongan Allah saya jawab : "Barangkali itu maag, biasanya pake kunyit diminum airnya! Em... insyaAllah besok, Jum'at, obatnya dianter ke kampung!" 

Anda juga bisa belajar dari sebuah mushibah, tepat ketika saya bangun membaca SMS, saya menemukan kaca mata saya tertindih badan saya, kacanya pecah bagian kanan. Saya mencoba untuk tidak menggerutu. Saya coba memandang ini adalah ketetapan Allah, antara Allah menyuruh saya meninggalkan kaca mata atau nagih saya -+ 40.000 rupiah untuk kebersihan harta saya, he...he... Demikianlah, jangankan peristiwa kaca mata pecah, bukankah berpindahnya sebutir debu pun adalah ketetapan Allah? Sekaligus pelajaran juga agar lain kali saya tidak ceroboh. 

Anda bisa belajar dengan diutusnya seorang teman. Saya diberi Allah seorang teman yang kurang mampu. Terkadang uang saku dari orangtuanya dikirim terlambat, sehingga harus menunggu lama tatkala uangnya sudah habis. Dalam waktu menunggu itu, saya relakan beras saya, air minum saya untuknya. Dia yang memasaknya dan kami makan bersama-sama. Ini tugas dari Allah, ini ladang amal saya. Saya pun meluangkan waktu online saya sejenak, sebagai ketua organisasi pers dia punya sejumlah urusan, tidak mengapa. Saya justru heran, apa yang dicari orang dari ketamakan dan keserakahannya?

Rupanya Allah, belum juga hendak mengurangi tugas saya, teman saya SMS lagi : "Ka, punya CD windows XP? dan ini kalau sempet bisa minta tolong tanyain harga RAM ddr3 yang 2GB?", hehe....saya jawab : "Ada sih, cuma harus dicari dulu... insyaAllah.", Allah menyuruh saya tamasya, Allah tidak suka saya terus memperturutkan keinginan saya mengistirahatkan diri terus-terusan. 

Begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian untuk melatih diri amanah. Setidaknya dapat diandalkan diri sendiri, selebihnya dipercaya orang lain. Saya teringat kata-kata guru saya saat ceramah pernikahan sahabat saya : "Tahukah Anda, bagaimana orang yang amanah dalam pergaulan itu? Yaitu orang yang bisa membuat orang lain nyaman tatkala bertemu." Subhanallah. 

Saya hanya seorang yang sedang belajar, mudah-mudahan kita senantiasa dimudahkan Allah dalam menerima setiap pelajaran. Aamiin...

Alhamdu lillaahi rabbil'aalamiin...
Astahgfirullah al-adzim...

Gambar : Google
 

Bersama Pasir

Sementara aku termangu
Aku tahu kau menatap jauh
Di semacam selasar yang landai
Berdiri atau duduk
Lucu, ku bilang berdiri
Kau bilang tidak tahu

Kalaupun aku jadi ombak,
Aku pun tetap tidak tahu
Barangkali hanya sinar matanya

Mungkin paling redup
Paling sejuk...

Atau malah kau cepat berpaling
Dan aku termangu lagi
Bersama pasir, terasing

- negeri sepi : Tasikmalaya -
19 Desember 2012


Selasa, 18 Desember 2012

Bakso GUBERNUR

Bismillahi rrahmani rrahiim...

Kisah seorang teman. 

Malam itu, dibacanya ta'udz dan basmallah sebelum dia melangkahkan kakinya pergi ke warung, tiba di warung basmallah lagi dibisikannya saat memasuki pintu, mengucapkan salam. Ia beli sesuatu, hanya kerupuk, sekerat ikan tongkol dan sayuran sebungkus, semuanya 2500 rupiah, dikemas dalam kantong plastik hitam. Dia merasa amat senang, basmallah lagi saat dipakainya sendal, dipegangnya erat-erat bungkusan itu sampai-sampai dia membaca hamdallah sepanjang jalan saat pulang, menengadah ke atas sejenak. 

Rupanya dia mengerti, walaupun begitu banyak uang dalam sakunya, walaupun yang diterima cuma sebungkus makanan seharga 2500 rupiah, sudah begitu dari uangnya sendiri, tapi ia mengerti dan yakin bahwa inilah pemberian Allah, dia merasa yang dibawanya bernilai amat besar, amat berharga. Nominalnya memang 2500, tapi yang dia lihat bukan nilai nominal, melainkan Sang Pemberi. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Besar, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 

Selingan dulu nih, ada cerita seorang gubernur, suatu hari dia mantau masyarakatnya ke daerah terpencil. Terus dia nginap di rumah Pak Deni, rakyatnya. Nah sore-sore, Pak gubernur sama Pak Deni jalan-jalan, sambil nanya2 kondisi masyarakat, karena cape mereka istirahat, terus Pak Deni ditraktir bakso sama Pak Gubernur, di emperan, harganya sih cuma 5000 (udah, jangan mikir kampanye...hehe) tapi coba bayangin gimana tuh perasaan Pak Deni selaku rakyat, yang sore itu ditraktir bakso oleh gubernur-nya? Tentu sangat bahagia. Dia tidak inget lagi baksonya, tiap butiran bakso yang dia inget gubernur, tiap untaian mi yang dia inget ini mi-nya gubernur... lihat kuahnya... he...he... saraf nggak tuh?! Ya Allah, padahal cuma gubernur, kedudukannya bukan tandingan Allah Yang Maha Tinggi. Kalau mau gitu ya sudah ingetnya sama Allah saja. Emang aslinya tuh bakso rejeki dari Allah kok.

Nah, kembali ke teman kita. Dia sangat bersyukur, sebab dia begitu mengerti, Allah-lah sang pengatur. Apa pun yang terjadi ia akan selalu berprasangka baik sama Allah. Dia tahu Allah yang membuat warungnya buka, sebab mungkin saja pas pergi ke warung, eh warungnya tutup. Kata Ustadz Yusuf Mansur "Walaupun kita punya uang, belum tentu kita bisa makan." Adalah kuasa Allah untuk menutup semua warung di kala Anda butuh warung. Allah pula yang menyelamatkannya di perjalanan. Allah juga yang menguatkan kakinya untuk berjalan. Kita tentu tahu bagaimana orang yang mendapat musibah, sehingga kakinya dibuat lemah, sebab Allah sedang mencabut ni'mat-Nya. Allah juga yang mengamankan uangnya (hartanya). Kita tentu sering mendengar berita-berita kemalingan. Atau berita-berita musibah yang melenyapkan harta sehingga di mata manusia hal itu menimbulkan kerugian.

Demikianlah Allah mengatur, sehingga sandal Anda yang diletakkan rapi jadi tertumpang satu setelah anak Anda lewat, pensil Anda tergeletak di kolong, baju Anda robek di bagian ketiak, sebuah coretan spidol di dinding buatan balita Anda, kulit kacang yang berhamburan setelah dibersihkan kemudian luput satu karena masuk ke sela-sela lemari, itu semua diatur oleh Allah. Tidak ada satu perkara pun tanpa sepengetahuan Allah Swt. 

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Q.S. Al-An'am : 59)



Maka tepat dan pantas jika kita menggunakan setiap waktu kita untuk bersyukur.

Alhamdulillah...

Gambar 1 : Google
Gambar 2 : Google

Tatkala Lemah

Bismillahi rrahmaani rrahiim…

Merasa lemah, tidak boleh menghalangi Anda untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah. Saya beberapa kali menyaksikan orang yang dari segi fisik kurang stabil, tapi bersikeras pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah. Kerepotan fisik tidak menghalangi mereka untuk bersegera menemui panggilan Allah. Biar sholat sambil duduk di kursi, yang penting berjamaah di mesjid. Atau pulang pergi ke mesjid ditemani sebuah penyangga kaki. Jalannya pun pelan-pelan nggak bisa cepet-cepet, nggak soal, yang penting nyampe di mesjid. Kalau memang bener-bener niat, persiapannya juga pasti akan lebih awal kan? Orang normal mungkin butuh waktu 5 menit menempuh perjalanan menuju mesjid, sementara Anda yang lemah karena sakit butuh 10 menit, tidak masalah, tinggal Anda berangkatnya 5 menit lebih awal dari biasanya. Seperti pernah saya kemukakan, bahwa jika tekad sudah bulat, jika pemenuhan akan cinta kepada Allah sudah tidak terbendung, bukan alasan lagi yang bekerja mempengaruhi pikiran kita, melainkan solusi-solusi praktis. 

Satu kisah dari Uyut Tin, kami orang sekampung akrab memanggilnya dengan sebutan Enin. Umur beliau sudah lebih dari 70 tahun, kata beliau lututnya suka terasa sakit, tapi beliau tetap menempuh perjalanan pergi ke mesjid. Beliau begitu cinta dengan ibadahnya. Kekurangan pada sendi lutut beliau tidak menghalangi beliau untuk sholat berjamaah, walaupun sambil duduk di kursi. Pulangnya tak menyurutkan pikiran beliau ke alasan-alasan yang membuat mengeluh, tapi beliau mencari ide, ya hasilnya terkadang beliau meminta tolong orang-orang yang membawa sepeda motor, jika kebetulan sendiri untuk mengantar pulang. Semua orang menghormati beliau, mereka selalu bersemangat untuk mengantar.

Kisah yang lain dipaparkan teman saya yang menceritakan neneknya. Katanya, neneknya sangat rajin beribadah. Jika datang waktu duha, neneknya itu akan sholat di mesjid dengan telaten. Kalau diperhatikan tampak sholatnya berlama-lama,usai sholat diselingi dengan tadarus, kemudian sholat lagi. Begitu seterusnya di hari-hari yang lain.

Ada lagi kisah tentang teman shalat berjamaah shubuh saya, di Tasikmalaya. Ialah seorang kakek yang saya perkirakan umurnya 70-an, entah mendekati 80-an. Memang sudah begitu renta, tapi beliau secara rutin ikut sholat berjamaah shubuh di samping saya. Kalau beliau di kiri, saya di kanan, begitu sebaliknya jika beliau lebih dulu di kanan, saya akan berdiri di sebelah kiri. Ya... karena ma’mum nya memang hampir tiap pagi hanya dua orang. He... he... Inilah, satu lagi masalah umat yang mesti diperbaiki. Lagi-lagi saya bilang, padahal rumah di sekitar mesjid begitu banyak dan berdesak-desakan.

Kisah berikutnya, kisah saya ketika kanak-kanak menginap di rumah mendiang nenek saya. Kalau saya tidur menemani nenek saya, yang membuat saya nyaman adalah bahwa beliau tidak pernah berhenti berdo’a dan berdzikir sampai saya terlelap. Subhanallah, suatu pelajaran bagi saya yang patut saya tiru. Sementara nenek dari ibu saya, beliau sering kali mampir menjelang maghrib, mengajak saya dan keluarga pergi ke mesjid.
Kisah-kisah para orang tua usia lanjut ini mengingatkan kita bahwa kelemahan fisik (jika saja tidak sangat parah) sama sekali bukan penghalang untuk menyempurnakan ibadah. Sebab kadang-kadang kita beralasan untuk tidak ke mesjid karena capek bekerja, karena badan terasa lemes. Padahal nyatanya bukan fisiknya yang lemah, melainkan kondisi batin. Bisa dikatakan pula, kurang motivasi, kurang yakin. Coba bandingkan saja, tatkala Anda mengeluhkan fisik Anda di tengah kota, tiba-tiba ada yang mau ngasih duit gede dan minta dijemput di pinggir kota, saya kira Anda semua akan rela jauh-jauh menemuinya saat itu juga. Mengapa? Karena Anda yakin bakal dapat duit gede. Iya kan?

Diakui atau tidak, jika kita masih asal-asalan dalam melaksanakan ibadah, itu merupakan tanda bahwa kita belum yakin bahwa ibadah itu sangat menguntungkan dan amat kita butuhkan. Padahal pahala yang dijanjikan Allah begitu besar. Padahal keuntungan yang Allah berikan tidak hanya di akhirat, di dunia pun Allah berikan, berupa ketentraman hidup, kelancaran usaha dan hal yang lainnya.

Contohnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. Buktikan apakah setelah rutin melaksanakan sholat dengan disiplin Anda cenderung lebih memikirkan hal-hal baik, ketimbang sebelumnya? Sholat sunat duha membuka pintu rejeki. Buktikan saja, apakah setelah rutin dilaksanakan, usaha Anda tambah lancar, tambah untung, atau tambah seret? Anda tentu tidak akan begitu saja yakin pada cerita dan kisah orang, sebelum diri Anda yang membuktikan dan mengisahkan ceritanya pada diri Anda sendiri. Yang pasti, pemilik sebenarnya segala sesuatu di dunia ini adalah Allah, dan Allah juga yang mengatur. Persoalannya tinggal satu, apakah Allah akan mengutamakan orang yang dekat atau yang jauh dari-Nya?

Gambar : Google