Halaman

Minggu, 30 Desember 2012

Berhitung Sejak Shubuh

Bismillaahi rrahmaani rrahiim...
Assalamu'alaikum...

Barangkali Anda bertanya: Apa sih maksudnya? Apa yang dihitung sejak shubuh? Ya, kita menjaga ibadah sejak shubuh, sampai sebelum shubuh (sholat malam). Tapi apanya yang dihitung? Sebentar dulu dong, saya tanya dulu, dapatkah Anda mengetahui ni'mat apa saja yang melayani Anda sejak shubuh sampai sebelum shubuh? Saya tantang nih. Sabar, jangan dulu didaftar semuanya, hehe... satu saja dulu, misalnya berkedip. Berapa kali Anda mengedipkan mata seharian? Kalau saya sih nggak sanggup ngitungnya, entah nggak doyan, he...he... ya, sangking banyaknya. Mungkin Anda bilang, nggak sempet, banyak kesibukan. Ternyata menghitung ni'mat berkedip saja kita sudah kewalahan. Apalagi kalau ditambah dengan berjalan, melihat, mendengar, memegang, bernafas, makan, tertawa, ngobrol, dan lain-lain mungkin sampai ratusan nomor, antau entah sampai berapa, karena kita tidak tahu semuanya. Hanya Allah Yang Maha Tahu yang mengetahui bilangannya.

Terus kita bandingkan, apakah ibadah kita sejak shubuh sampai sebelum shubuh dapat kita hitung. Saya yakin tidak perlu lama, Anda bisa menjawab pertanyaan ini. Hehe... itulah kita. Apalagi kalau yang dikerjakannya sholat wajib doang, makin gampang tuh ngejawabnya. Kalau sholatnya bolong-bolong, makin gampang lagi. Tinggal jawab: maghrib!, kalau cuma ngelaksanain sholat maghrib. Semoga kita tidak termasuk yang ini. Aamiin.

Dari hitung-hitungan ini saja, sudah ketahuan bahwa ni'mat yang diberikan Allah jauh lebih besar daripada tugas kita untuk mensyukurinya. Coba nih, kita sama-sama pikirin, kira-kira berapa harga yang sepadan untuk ni'mat Allah yang ada pada diri kita? Jangan semuanya, satu saja, misalnya mata. Kalau saja ada orang yang mau membeli sebelah mata kita dengan harga 1 milyar, kira-kira kita rela ngejualnya apa nggak? Ini misalnya saja. Kalau saya sih, dibeli berapa pun, jangankan 1 M, lebih dari itu pun saya nggak akan jual. Bagaimana dengan Anda? Bagi saya satu buah mata saja sudah tidak ternilai harganya, apalagi ditambah dengan yang lain. Bilangan mana yang mampu menjelaskan nilainya? Sejatinya angka-angka akan hancur luluh ketika berhadapan dengan ni'mat Allah yang agung. Subhanallah!

Betapa baiknya Allah sama kita. Allah tidak mewajibkan kita bersedekah 1 M, buat mensyukuri ni'mat Allah berupa mata, dan bayaran lain untuk anggota tubuh yang lain. Tidak. Allah tidak menyuruh kita melaksanakan tugas yang berat seperti itu, tapi Allah menugaskan kita dengan cukup ketika mendengar adzan, kita berhenti sejenak dari pekerjaan, melangkahkan kaki ke mesjid, berwudhu, kemudian sholat berjamaah. Cukup ketika tiba bulan Ramadhan, kita melaksanakan puasa. Cukup ketika harta mencapai syarat2nya kita mengeluarkan 2,5 % saja sebagai zakat. Cukup ketika mampu, kita berangkat ibadah haji saja, itu pun yang wajibnya sekali seumur hidup. Subhanallah, tatkala menyaksikan ini, rasanya saya tidak ingin berhenti mengagumi betapa Allah Maha Pengasih dan Penyayang sama kita mahluknya. Apalagi sesudah mengingat bahwa pahala dari melaksanakan semua tugas2 (kewajiban2) tersebut kembali lagi kepada kita yang melaksanakan. Tambah luluh hati saya. 

Kita sama-sama belajar mengingat ni'mat Allah, belajar berterimakasih sama Allah, tiap waktu. Agar kita selalu rindu ibadah, dan menolak setiap bentuk maksiat. Kalau Anda hidup bermewah-mewahan, cobalah sekali-kali, dalam sehari saja, sukur-sukur sampai beberapa hari atau lebih, Anda hidup seminimal mungkin, dari mulai makan, menggunakan fasilitas-fasilitas komunikasi, transportasi dan lainnya. Kalau misalnya ke warung biasa naik motor, sekali-kali jalan kaki. Kalau awalnya makan sama ayam goreng terus, sekali-kali sama tumis daun singkong, misalnya. Beli seribu rupiah dari warung, atau mau lebih ngirit lagi dibagi buat dua kali makan. Mudah-mudahan dengan begitu Allah membukakan hati kita betapa kita tidak patut menyia-nyiakan ni'mat-ni'mat-Nya. Kalau dengan jalan kaki saja, kita bisa melihat kebesaran ni'mat Allah, apalagi naik motor. Kalau makan dengan tumis daun singkong saja kita sudah melihat betapa agungnya ni'mat Allah, apalagi kalau makan dengan paha ayam. Kalau kita sudah mampu merasakan ni'mat Allah saat tidur di atas tikar, apalagi tatkala kita tidur di atas kasur.

Kalau Anda awalnya sering mengabaikan sholat wajib, cobalah beberapa hari Anda konsisten tidak meninggalkan sholat sunnat, seperti shalat duha, sholat tahiyatul masjid, sholat rawatib dan tahajud, insyaAllah Anda akan melihat betapa besarnya kesalahan Anda mengabaikan sholat wajib.

Andaikata Anda awalnya tidak peduli dengan kesalahan-kesalahan Anda, misalnya meminjam sandal tanpa diketahui pemiliknya, cobalah dalam beberapa hari Anda menahan hati untuk tidak melakukannya, jika sandal Anda tidak ada, sementara yang ada di depan pintu bukan sandal Anda, tetapi sandal anggota keluarga Anda sendiri, Anda tidak memakainya walaupun milik anggota keluarga Anda sendiri kecuali setelah minta izin, dan Anda pun lebih memilih bertelanjang kaki saja, maka insyaAllah Allah akan memperlihatkan kepada Anda betapa besar kesalahan Anda yang lalu. Atau awalnya Anda menganggap bahwa mengejek seorang teman bukanlah suatu kesalahan, cobalah sekali-kali jika ada seekor lalat yang tidak bisa terbang karena tercebur ke dalam gelas, atau sayapnya basah, Anda tolong, sampai lalat tersebut dapat terbang kembali,  maka insyaAllah pada saat itu Anda tidak saja dapat melihat betapa besarnya kesalahan dari saling menyakiti, tetapi Anda dapat melihat bahwa ada lagi satu ni'mat Allah yang tiada terkira besarnya, yakni kasih sayang yang ditanamkan dalam dada Anda. 

Kita tidak akan sanggup menghitung jumlah dan harga dari ni'mat-ni'mat Allah atas diri kita, kita pun tidak akan sanggup membayarnya dengan harga yang sepadan. Tapi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tidak membebani kita dengan tugas yang berat, melainkan hanya tugas ibadah yang sangat ringan. Sangat mudah dan murah. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur! Aamiin...

Alhamdulillah...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar