Bismillahirrahmaanirrahiim....
Bunga saya maksudkan untuk meringkas makna, maksudnya adalah kebahagiaan sejati/hakiki, kebahagiaan yang bukan disandarkan pada banyak harta, jabatan, atau pun punya istri cantik saja. Ketiga hal ini penting juga, tapi ketiga hal ini tidaklah abadi kan? Harta, suatu saat akan habis bahkan bisa seketia habis. Jabatan, seorang presiden pun pada akhirnya, menjadi seorang mantan. Kecantikan dan ketampanan, akhirnya akan lenyap seiring bertambahnya umur. Tapi kelak, yang diharapkan setiap orang, yaitu ketentraman hidup yang abadi. Umpamanya paling dekat, bagi laki-laki, punya istri yang shalehah, dan bagi perempuan berharap mendapat suami yang shaleh yang akan membimbingnya di jalan yang diridhoi Allah. Memiliki keturunan yang shaleh dan shalehah, berbakti kepada Allah dan kepada kedua orang tuanya. Jadi yang diharapankan untuk memperjuangkan agama dan negara.
Saya teringat kisah A Jajang, saudara saya yang juga tetangga saya, sekarang tinggal di Jakarta bersama istri dan anak-anaknya. Kisah ini diceritakan oleh Pak Ano, guru beliau dan saya. Begini, dulu saat masih bujangan, A Jajang pernah mempunyai seorang murid ngaji yang cukup bandel, ayahnya seorang preman. Saking bandelnya pernah sampai mengancam, karena disuruh ngaji tapi tidak mau ngaji.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini, paling tidak ada dua. PERTAMA, orang tua seburuk apa pun ingin anaknya jadi orang baik-baik. KEDUA, perilaku anak boleh jadi tergantung orang tuanya. Maka dari itu jika menginginkan istri yang shalehah, anak yang shaleh dan shalehah, maka KITA-nya juga musti banyak berkorban untuk jadi shaleh. Inilah yang saya maksud bahwa BUNGA ada di PUNCAK PALING TINGGI.
Orang tua zaman dulu, menurut cerita orang, jika ingin anaknya baik, akan berkorban yang salah satu caranya, mungkin karena belum tahu hukum agama, dengan cara puasa mati geni (puasa siang malam). Di sini kita tidak akan mencontoh puasa mati geni-nya karena dalam Islam diharamkan, tapi sisi pengorbanannya.

Agar tidak terlalu berat kita mulai saja dengan mendisiplinkan amal-amal wajib seperti sholat lima waktu agar selalu dikerjakan di awal waktu dan usahakan selalu berjamaah. Jika yang wajib sudah stabil, bagus sekali ditambah dengan amalan lain, seperti membaca Al-Qur'an, juga mengistiqamahkan amalan-amalan sunat, seperti sholat sunat rawatib, puasa sunat, tahajud, duha. Jangan lupa selalu meminta (berdo'a) kepada Allah. Ingat Allahg itu MAHA MENGETAHUI, MAHA MELIHAT, MAHA MENDENGAR, MAHA KUASA. Tidak ada yang bisa dilakukan Allah. Tidak ada yang mustahil bagi kekuasaan Allah.
Gambar : Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar