Halaman

Minggu, 09 Desember 2012

Minggu 9/12/12, Pukul 17.20 Yang Mengagetkan



Bismillahirrahmaanirrahiim...

Waktu saya mengetahui salah satui teman dekat saya keluar dari grup “Silih Ingetan” (group di FB yang saya kelola sebagai wadah berbagi ilmu manfaat, mudah-mudahan Allah meridhoi, aamiin), saya kaget, dan saya bertanya dalam hati: Mengapa? Saya toh mendedikasikan group ini untuk kebaikan, bukan untuk sekedar main-main dan buang-buang waktu. Apakah dia membenci saya? Mudah-mudahan bukan karena tidak menyukai tulisan-tulisannya, sebab saya atau pun yang pernah nulis di “Silih Ingetan”, belum pernah saya temukan tulisan yang mubah, apalagi suatu kejelekan.  Saya berpikir, mungkin ini peringatan buat saya, bahwa saya harus berlatih untuk sabar. Biarlah toh, saya menulis juga atas kehendak Allah, kalau pun tidak ada yang mau nyimak, kehendak Allah juga.  Awalnya memang nggak enak hati, tapi masa baru segini saja saya sudah susah? Bagaimana kalau saya suatu saat ada yang ngehina? Ada yang mencaci maki? Mungkin saja kan? Tentu saja saya harus siap, saya sadar setiap ada yang menyukai pasti ada pula yang tidak, bahkan mungkin berbalik membenci.

Bagi saya yang masih belajar, bersabar saja rupanya tidak cukup, bersabar itu ternyata letih. Saya coba berpikir lagi, akhirnya pikiran saya dibukakan Allah, alhamdulillah. Lebih dari sabar, ternyata saya juga perlu berprasangka baik (khusnudzon). Saya harus berprasangka baik sama teman dekat saya itu, mungkin dia keluar karena tidak tahu admin group “Silih Ingetan” itu ternyata teman dekatnya sendiri. Atau tidak pernah menengok isinya, otomatis tidak pernah tahu isi yang ditulis di “Silih Ingetan”, jadi dia berpikir percuma saja gabung di group.  Banyak alasan-alasan untuk saya berprasangka baik. Dengan begitu, hati saya adem sama sekali. Yang tadinya khawatir saya akan kikuk andaikata bertemu dengan teman saya itu, jadi nggak khawatir lagi. Alhamdulillah.

Guru saya juga K. H. Cucu Syamsul Millah, S.Sy., pernah mengajarkan untuk selalu berprasangka baik sama orang. Mau sebobrok dan sebejat apa pun. Misalnya, baru-baru ini waktu saya antri wudhu di tempat wudhu mesjid Al-Muhtariah dekat tempat kost saya, saya melihat ada laki-laki yang bukannya sholat berjamaah, malah keluar dari rumahnya, nuntun motor terus pergi. Kalau saya mau buruk sangka, saya bisa bilang di hati saya: “Nih orang males betul!” atau “Wah, ini nih contoh generasi perusak ahlak!”, dan kata-kata buruk lainnya. Tapi saya mencoba berprasangka baik, maka hati saya berkata: “Barangkali dia sudah lebih dulu sholat maghribnya daripada saya, berjamaahnya di rumah, dan dia buru-buru keluar mungkin ada urusan darurat.”

Saya memprotes saudara-saudara saya yang berjuang menegakkan Islam, dengan berda’wah atau bentuk perjuangan lainnya, sedang mereka sinis sama orang yang masih ngebangkang, mereka berburuk sangka sama yang belum istiqamah sholat, sama yang belum bener puasanya, sama orang yang masih menyia-nyiakan waktu. Berburuk sangka itu tidak perlu, malah tidak pantas, apalagi buat para pejuang keyakinan.

Nah, bagaimana jika kita tidak mendapatkan satu alasan pun untuk berprasangka baik saking mumetnya, atau sangat sulit rasanya untuk berprasangka baik. Misalnya, tiba-tiba semua anggota grup “Silih Ingetan” menyatakan keluar he..he...he… Tentu saja saya mengharapkan itu tidak terjadi. Mungkin dalam situasi tersebut saya akan kesulitan untuk berprasangka baik. Tapi saya masih punya cara, saya akan berprasangka baik sama Allah langsung. Bukankah Allah pemain satu-satunya di dunia ini?  Saya yakin bahwa Allah selalu menggiring kita ke jalan yang lebih baik, selama kita senantiasa mendekat kepada-Nya. Tidak ada yang sulit untuk berprasangka baik, jika semua persoalan sudah dihadapkan kepada Allah.

Alhamdulillahirabbil'alamiin...

Gambar : Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar