Halaman

Selasa, 18 Desember 2012

Tatkala Lemah

Bismillahi rrahmaani rrahiim…

Merasa lemah, tidak boleh menghalangi Anda untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah. Saya beberapa kali menyaksikan orang yang dari segi fisik kurang stabil, tapi bersikeras pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah. Kerepotan fisik tidak menghalangi mereka untuk bersegera menemui panggilan Allah. Biar sholat sambil duduk di kursi, yang penting berjamaah di mesjid. Atau pulang pergi ke mesjid ditemani sebuah penyangga kaki. Jalannya pun pelan-pelan nggak bisa cepet-cepet, nggak soal, yang penting nyampe di mesjid. Kalau memang bener-bener niat, persiapannya juga pasti akan lebih awal kan? Orang normal mungkin butuh waktu 5 menit menempuh perjalanan menuju mesjid, sementara Anda yang lemah karena sakit butuh 10 menit, tidak masalah, tinggal Anda berangkatnya 5 menit lebih awal dari biasanya. Seperti pernah saya kemukakan, bahwa jika tekad sudah bulat, jika pemenuhan akan cinta kepada Allah sudah tidak terbendung, bukan alasan lagi yang bekerja mempengaruhi pikiran kita, melainkan solusi-solusi praktis. 

Satu kisah dari Uyut Tin, kami orang sekampung akrab memanggilnya dengan sebutan Enin. Umur beliau sudah lebih dari 70 tahun, kata beliau lututnya suka terasa sakit, tapi beliau tetap menempuh perjalanan pergi ke mesjid. Beliau begitu cinta dengan ibadahnya. Kekurangan pada sendi lutut beliau tidak menghalangi beliau untuk sholat berjamaah, walaupun sambil duduk di kursi. Pulangnya tak menyurutkan pikiran beliau ke alasan-alasan yang membuat mengeluh, tapi beliau mencari ide, ya hasilnya terkadang beliau meminta tolong orang-orang yang membawa sepeda motor, jika kebetulan sendiri untuk mengantar pulang. Semua orang menghormati beliau, mereka selalu bersemangat untuk mengantar.

Kisah yang lain dipaparkan teman saya yang menceritakan neneknya. Katanya, neneknya sangat rajin beribadah. Jika datang waktu duha, neneknya itu akan sholat di mesjid dengan telaten. Kalau diperhatikan tampak sholatnya berlama-lama,usai sholat diselingi dengan tadarus, kemudian sholat lagi. Begitu seterusnya di hari-hari yang lain.

Ada lagi kisah tentang teman shalat berjamaah shubuh saya, di Tasikmalaya. Ialah seorang kakek yang saya perkirakan umurnya 70-an, entah mendekati 80-an. Memang sudah begitu renta, tapi beliau secara rutin ikut sholat berjamaah shubuh di samping saya. Kalau beliau di kiri, saya di kanan, begitu sebaliknya jika beliau lebih dulu di kanan, saya akan berdiri di sebelah kiri. Ya... karena ma’mum nya memang hampir tiap pagi hanya dua orang. He... he... Inilah, satu lagi masalah umat yang mesti diperbaiki. Lagi-lagi saya bilang, padahal rumah di sekitar mesjid begitu banyak dan berdesak-desakan.

Kisah berikutnya, kisah saya ketika kanak-kanak menginap di rumah mendiang nenek saya. Kalau saya tidur menemani nenek saya, yang membuat saya nyaman adalah bahwa beliau tidak pernah berhenti berdo’a dan berdzikir sampai saya terlelap. Subhanallah, suatu pelajaran bagi saya yang patut saya tiru. Sementara nenek dari ibu saya, beliau sering kali mampir menjelang maghrib, mengajak saya dan keluarga pergi ke mesjid.
Kisah-kisah para orang tua usia lanjut ini mengingatkan kita bahwa kelemahan fisik (jika saja tidak sangat parah) sama sekali bukan penghalang untuk menyempurnakan ibadah. Sebab kadang-kadang kita beralasan untuk tidak ke mesjid karena capek bekerja, karena badan terasa lemes. Padahal nyatanya bukan fisiknya yang lemah, melainkan kondisi batin. Bisa dikatakan pula, kurang motivasi, kurang yakin. Coba bandingkan saja, tatkala Anda mengeluhkan fisik Anda di tengah kota, tiba-tiba ada yang mau ngasih duit gede dan minta dijemput di pinggir kota, saya kira Anda semua akan rela jauh-jauh menemuinya saat itu juga. Mengapa? Karena Anda yakin bakal dapat duit gede. Iya kan?

Diakui atau tidak, jika kita masih asal-asalan dalam melaksanakan ibadah, itu merupakan tanda bahwa kita belum yakin bahwa ibadah itu sangat menguntungkan dan amat kita butuhkan. Padahal pahala yang dijanjikan Allah begitu besar. Padahal keuntungan yang Allah berikan tidak hanya di akhirat, di dunia pun Allah berikan, berupa ketentraman hidup, kelancaran usaha dan hal yang lainnya.

Contohnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. Buktikan apakah setelah rutin melaksanakan sholat dengan disiplin Anda cenderung lebih memikirkan hal-hal baik, ketimbang sebelumnya? Sholat sunat duha membuka pintu rejeki. Buktikan saja, apakah setelah rutin dilaksanakan, usaha Anda tambah lancar, tambah untung, atau tambah seret? Anda tentu tidak akan begitu saja yakin pada cerita dan kisah orang, sebelum diri Anda yang membuktikan dan mengisahkan ceritanya pada diri Anda sendiri. Yang pasti, pemilik sebenarnya segala sesuatu di dunia ini adalah Allah, dan Allah juga yang mengatur. Persoalannya tinggal satu, apakah Allah akan mengutamakan orang yang dekat atau yang jauh dari-Nya?

Gambar : Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar