Bismillahi
rrahmaani rrahiim…
Merasa
lemah, tidak boleh menghalangi Anda untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah. Saya
beberapa kali menyaksikan orang yang dari segi fisik kurang stabil, tapi
bersikeras pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah. Kerepotan fisik tidak
menghalangi mereka untuk bersegera menemui panggilan Allah. Biar sholat sambil
duduk di kursi, yang penting berjamaah di mesjid. Atau pulang pergi ke mesjid
ditemani sebuah penyangga kaki. Jalannya pun pelan-pelan nggak bisa
cepet-cepet, nggak soal, yang penting nyampe di mesjid. Kalau memang
bener-bener niat, persiapannya juga pasti akan lebih awal kan? Orang normal
mungkin butuh waktu 5 menit menempuh perjalanan menuju mesjid, sementara Anda
yang lemah karena sakit butuh 10 menit, tidak masalah, tinggal Anda berangkatnya 5 menit lebih awal dari biasanya. Seperti pernah saya kemukakan, bahwa jika tekad sudah
bulat, jika pemenuhan akan cinta kepada Allah sudah tidak terbendung, bukan
alasan lagi yang bekerja mempengaruhi pikiran kita, melainkan solusi-solusi praktis.
Satu kisah
dari Uyut Tin, kami orang sekampung akrab memanggilnya dengan sebutan Enin. Umur
beliau sudah lebih dari 70 tahun, kata beliau lututnya suka terasa sakit, tapi beliau
tetap menempuh perjalanan pergi ke mesjid. Beliau begitu cinta dengan ibadahnya.
Kekurangan pada sendi lutut beliau tidak menghalangi beliau untuk sholat berjamaah,
walaupun sambil duduk di kursi. Pulangnya tak menyurutkan pikiran beliau ke alasan-alasan yang membuat mengeluh, tapi beliau mencari ide, ya hasilnya terkadang beliau meminta tolong orang-orang yang membawa sepeda motor, jika kebetulan sendiri untuk mengantar pulang. Semua orang menghormati beliau, mereka selalu bersemangat untuk mengantar.
Kisah yang
lain dipaparkan teman saya yang menceritakan neneknya. Katanya, neneknya sangat
rajin beribadah. Jika datang waktu duha, neneknya itu akan sholat di mesjid dengan
telaten. Kalau diperhatikan tampak sholatnya berlama-lama,usai sholat diselingi
dengan tadarus, kemudian sholat lagi. Begitu seterusnya di hari-hari yang lain.
Ada lagi
kisah tentang teman shalat berjamaah shubuh saya, di Tasikmalaya. Ialah seorang
kakek yang saya perkirakan umurnya 70-an, entah mendekati 80-an. Memang sudah
begitu renta, tapi beliau secara rutin ikut sholat berjamaah shubuh di samping
saya. Kalau beliau di kiri, saya di kanan, begitu sebaliknya jika beliau lebih dulu di kanan, saya akan berdiri di sebelah kiri. Ya... karena ma’mum nya
memang hampir tiap pagi hanya dua orang. He... he... Inilah, satu lagi masalah umat yang mesti diperbaiki. Lagi-lagi saya bilang, padahal rumah di sekitar mesjid begitu banyak dan berdesak-desakan.
Kisah
berikutnya, kisah saya ketika kanak-kanak menginap di rumah mendiang nenek
saya. Kalau saya tidur menemani nenek saya, yang membuat saya nyaman adalah
bahwa beliau tidak pernah berhenti berdo’a dan berdzikir sampai saya terlelap. Subhanallah,
suatu pelajaran bagi saya yang patut saya tiru. Sementara nenek dari ibu saya,
beliau sering kali mampir menjelang maghrib, mengajak saya dan keluarga pergi
ke mesjid.
Kisah-kisah para orang tua
usia lanjut ini mengingatkan kita bahwa kelemahan fisik (jika saja tidak sangat
parah) sama sekali bukan penghalang untuk menyempurnakan ibadah. Sebab
kadang-kadang kita beralasan untuk tidak ke mesjid karena capek bekerja, karena
badan terasa lemes. Padahal nyatanya bukan fisiknya yang lemah, melainkan
kondisi batin. Bisa dikatakan pula, kurang motivasi, kurang yakin. Coba bandingkan saja, tatkala Anda mengeluhkan
fisik Anda di tengah kota, tiba-tiba ada yang mau ngasih duit gede dan minta dijemput di pinggir kota, saya kira Anda
semua akan rela jauh-jauh menemuinya saat itu juga. Mengapa? Karena Anda yakin bakal dapat
duit gede. Iya kan?
Diakui atau
tidak, jika kita masih asal-asalan dalam melaksanakan ibadah, itu merupakan
tanda bahwa kita belum yakin bahwa ibadah itu sangat menguntungkan dan amat
kita butuhkan. Padahal pahala yang dijanjikan Allah begitu besar. Padahal keuntungan yang Allah berikan tidak hanya di akhirat, di dunia pun Allah berikan, berupa ketentraman hidup, kelancaran usaha dan hal yang lainnya.
Contohnya
sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. Buktikan apakah setelah rutin melaksanakan
sholat dengan disiplin Anda cenderung lebih memikirkan hal-hal baik, ketimbang
sebelumnya? Sholat sunat duha membuka pintu rejeki. Buktikan saja, apakah setelah rutin dilaksanakan, usaha Anda tambah lancar, tambah untung, atau tambah seret? Anda tentu tidak akan begitu saja yakin pada cerita dan kisah
orang, sebelum diri Anda yang membuktikan dan mengisahkan ceritanya pada diri Anda sendiri. Yang pasti, pemilik sebenarnya segala sesuatu di dunia ini adalah Allah, dan Allah juga yang mengatur. Persoalannya tinggal satu, apakah Allah akan mengutamakan orang yang dekat atau yang jauh dari-Nya?
Gambar : Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar