Halaman

Kamis, 29 Agustus 2013

Dimulai dari Membuka Al-Qur'an


Memang pengalaman selalu lebih berharga, tapi kadang-kadang kita butuh teori juga. Dalam hal ini Anda ingin pintar dalam ilmu agama, berikut beberapa tipsnya (teorinya, yang ingin saya terapkan juga, insyaAllah mampu, aamiin). Mengapa ilmu agama? Karena ilmu ini penting untuk mengendalikan diri, kedamaian di masyarakat, mengetahui harapan di masa depan. Ia juga jadi "penyejuk" di kala "kepanasan", dan menjadi "penghangat" di kala kedinginan. Ilmu agama, seperti Kang Cucu bilang, mampu mengungkap hakikat yang ada di balik sesuatu, sehingga kita tidak tertipu (terpedaya) oleh keadaan yang melemahkan diri.

Ilmu agam Islam, sering berkaitan dengan kitab-kitab. Pertama kitab induk Al-Qur'an, merupakan kitab suci wahyu Allah. Ini perlu dilestarikan, bukan dalam bentuk tulisan saja, tetapi yang terbaik adalah dihafalkan (disimpan dalam sel otak dan hati dengan rapi) yang mendorong lahirnya cendikiawan-cendikiawan muslim, perembangan ilmu, dan kejayaan. Juga mendorong mengamalan isinya. Sebab percuma saja Al-Qur'an didiamkan tanpa pengamalan.

Ada juga kitab-kitab (buku) karangan ulama-ulama, seperti fiqh, tauhid, tasawuf, dengan ratusan judulnya. Untuk mengetahui/memahami isi kitab-kitab berbahasa Arab itu, pelu belajar bahasa Arab. Yang paling utama adalah menghafal kosakata, kemudian tatabahasanya. Untuk mahir membaca kitab, dapat dilakukan dengan membeli dahulu, kitab yang diterjemahkan per-kalimah/per-kata. Sambil dihayati isinya, dihafal juga arti tiap kata. Metode ini memerlukan kesabaran di awal, nantinya tinggal pengulangan saja. Seperti dalam bacaan bahasa Indonesia, kata "belajar", mungkin sekali terulang puluhan kali dalam suatu buku, terlebih kata penghbung seperti "jika", "dengan", atau kata "merupakan", kemungkinan akan diulang dengan sering. Jadi akan berat di awal ketika bertemu kosakata yang baru, dan akan ringan nantinya setelah menemui banyak pengulangan. 

Saya rasa belajar bahasa Arab langsung dari Al-Qur'an terjemahan per kata, atau kitab cabang terjemahan/logat per kata, lebih efektif sambil sedikit-sedikit ditunjang mempelajari tatabahasa, lebih efektif, ketimbang mempelajari tatabahasa secara langsung, dan menghafal kosakata dari kamus secara langsung. Adapun kamus itu hanya penunjang untuk memperjelas arti sebuah kata. Alasannya adalah, dengan belajar langsung dari kitab terjemahan, kita bisa langsung tahu konteks/arti/fungsi kata tersebut dalam suatu kalimat.

Atau kalau pun tidak dengan terjemahan, kita coba menterjemahkan sendiri sebuah kitab dengan bantuan kamus, kemudian di akhir, konsultasikan pada seorang guru/pakar bahasa. Takut-takut ada yang salah. 

Ilmu dalam agama islam itu banyak dan kompleks. Ada berbagai bidang. Maka kita harus tertib dan terrencana ketika akan mendalami ilmu agama. Lebih baik satu per satu dalam mempelajarinya, supaya fokus. Misalnya dalam sebulan, hanya mempelajari satu macam kitab. Sampai betul-betul paham. Harus sabar dan dalam waktu yang lama. Intens. Tarohlah 10 tahun misalnya, tapi 10 tahun yang efektif, tidak bolong sebagian. Target, umur 30 tahun itu sudah jadi "orang", pantes lah disebut ulama, umpamanya, atau umur 40 tahun, sudah "mateng". Apalagi kalau belajarnya sejak kecil, sejak umur 5 tahun umpamanya.

Islam harus bangkit, caranya dengan mencetak ulama-ulama muda. Dan ini memerlukan motivasi-motivasi dan keimanan yang kuat. Sebetulnya motivasinya simpel saja. Orang yang berjuang dalam agama Islam, mau melestarikan ilmu-ilmu keislaman dengan ikhlas insyaAllah akan bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat.

Sumber Gambar : belajarmembacaal-Qur'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar